Gingerious!

Ordinary people want to be extraordinary people.

10 Jun 2011

My Precious part. 1 (Twoshoot)



   
 Title        :My Precious part 1(twoshoot)
Author        : me  a.k.a  Yoon Ji Eun
 Cast             : Kwon Jiyong(Big Bang), Kwon Da Ji,Yang Yoseob(Beast)
Other cast : Lee Donghae(super junior),Choi Minho(Shinee),Yoon Dojoon(Beast)
Genre         : Horor
                                                     
Twinkle, twinkle, little star.
How I wonder what you are..
Up above the world so high..
Like a diamond in the sky..
Twinkle, twinkle little star..
How I wonder what you are..
Suara merdu itu terdengar lagi. Sederhana, lembut, dan tenang. Namun entah kenapa, terasa sedih dan menyentuh.
***
Aku duduk di tepi tempat tidurku. Rasanya lelah juga setelah menghabiskan waktu`seharian untuk kerja paruh waktu  ku lirik jam dinding bulat yang terpajang di dinding kamarku. Tepat pukul 12.00 pm.,tak disangka waktu cepat berlalu.
kak, ayo tidur!” kudengar suara gadis kecil yang tak asing bagiku memanggilku.
Aku menoleR ke arah tempat tidur. Kutatap adikku dengan alis terangkat heran. “Kau belum tidur, Da Ji?”
“Belum,” jawabnya dengan nada agak serak lunglai, menandakan dia sudah sangat mengantuk.
Aku menatap wajah Da Ji. Air mukanya terlihat agak pucat, sepertinya dia terlalu lelah. Aku berbaring di sampingnya. Kuusap lembut puncak kepalanya. “kenapa? Kau belum tidur?”
Da Ji  menggeleng lemah. Aku tersenyum. Aku tak ingin menanyainya lebih jauh. Bocah kelas 1 SD sepertinya terlihat terlalu lelah menanggapi pertanyaan dariku.
Aku mencubit gemas pipinya. “ya sudah, ayo kita tidur!” ucapku pelan lalu mengecup keningnya.
Baik Kak,”  Da Ji tersenyum lembut lalu menutup matanya.



***
When the blazing sun is gone..
When he nothing shines upon..
Then you show your little light..
Twinkle, twinkle all the night..
Twinkle, twinkle little star..
How I wonder what you are..
Samar-samar kudengar suara itu lagi. Samar dan begitu jauh. Semakin samar seiring aku merasakan ada yang aneh di sebelahku.
Aku terjaga saat kurasakan ada tetesan yang membasahi lengan kananku,apa rumahku bocor?entahlah. Dengan enggan aku membuka mataku. Aku melirik adikku. Mendadak rasa kantukku hilang. Bola mataku melebar ketika kulihat wajahnya tampak pucat. Ia menggigil, seluruh tubuhnya gemetaran. Tetes-tetes keringat mengalir dari pelipisnya. Aku mengernyitkan alisku. “Da Ji ada apa?” tanyaku khawatir.
Da Ji menatapku. Nafasnya tersengal-sengal. Matanya berkaca-kaca. Bibir mungilnya sedikit terbuka. Sepertinya ia ingin mengucapkan sesuatu, namun ada yang menahannya untuk mengatakannya padaku.
Da Ji ada apa?” aku menatapnya semakin heran dan penasaran.
ia menggeleng. Air mata yang sedari tadi menggenang di matanya mulai luruh. Aku menatapnya lembut. “Kau mimpi buruk?” tanyaku.
Sekali lagi ia menggeleng.
Aku mengusap pipinya. “Kau takut?”
Ia mengangguk.
“Pada apa ayo katakan?” tanyaku penasaran.
Da Ji mengalihkan pandangannya. Ia menatap lurus ke depan, ke arah meja belajarku. Namun tak ada apapun di sana kecuali setumpuk buku pelajaran. Da Ji menunduk, “, Aku taka pa kak” jawabnya lirih.
Aku mengusap rambutnya. “Sudahlah, ayo kita tidur lagi. Jangan lupa berdoa, agar kau tak ketakutan lagi,” ucapku sembari mengusap kerigat yang masih mengalir di pelipisnya.
Tanpa berkata apapun  matanya mungilnya sudah terpejam.
***
Aku menutup buku pelajaranku. Akhirnya selesai juga tugas kelompok yang kukerjakan bersama Eunhyuk dan Minho. Aku melirik ke arah Minho yang sibuk merapikan buku pelajarannya. “hei..Minho, di mana Donghae?” tanyaku saat melihat tak ada tanda-tanda kehadiran Donghae di kelas.
“Oh, tadi dia keluar untuk membeli minum,” jawab Minho tanpa mengalihkan pandangannya dari komik yang ia baca.
“Oh,” gumamku sambil mengangguk. Kualihkan pandanganku saat mendengar suara pintu kelas terbuka. Kulihat Donghae berada di sana sambil menyeruput sekotak susu ultra. Tangannya menggandeng tangan seorang gadis kecil. Ya Ampun Da Ji? Batinku.
“Aku menemukannya sedang berdiri di depan pintu pagar sekolah kita. Kurasa dia menunggumu, Jiyoung,” kata Donghae sambil menatapku bingung.
Aku mendekati adikku yang masih berada dalam gandengan tangan Kibum. Kupegang kedua pundaknya. “Kenapa kau kemari? Bukankah kau sudah pulang sekolah lima jam yang lalu? Kau lupa membawa kunci rumah ya?”
Da Ji menggeleng.
“Barusan kau main ke rumah teman?” tanyaku sekali lagi begitu menggebu-gebu.
Ia tetap menggeleng. “Aku ingin pulang denganmu,kak,” jawabnya. Dia menggelayutkan tangannya manja pada tanganku. Bibirnya menyunggingkan senyum, namun entah kenapa aku merasa ada yang tengah disembunyikannya.
Aku tersenyum. “Ya sudah, ayo kita pulang. Ayo, Minho,Donghae, ”
OKEEEE!!!” teriak Donghae dan Minho bersamaan lalu mengikutiku dan Da Ji.
***
Then the trav’ler in the dark..
Thanks you for your tiny spark..
How could he see where to go..
If you did not twinkle so?
Twinkle, twinkle, little star..
How I wonder what you are..
***
“Kyaaaaa!!”
Suara teriakan mengagetkan Jiyoung. Spontan ia terbangun untuk memastikan apa yang terjadi. Ia melirik adiknya. Kedua matanya terbelalak saat melihat kondisi adik perempuannya  itu. Da Ji menangis sesenggukan. Kedua tangannya terkepal di depan mulutnya. Seluruh badannya bergetar dan dipenuhi keringat.
Jiyoung mengusap kepala adiknya. “kenapa?ada apa, Da Ji? Kau Mimpi buruk lagi?” tanyanya khawatir.
Ti.. tidaakk, ka.. kaakk. Hiks..” jawab adiknya terbata sambil menahan tangisnya.
Jiyoung mengusap keringat yang mengalir di pelipis Da Ji. Ya ampun, panas sekali badannya! Batin Jiyoung ketika meraba kening adiknya itu. “Da Ji kau sakit?” tanya Jiyoung semakin khawatir.
Da Ji tak menjawab. Ia masih terisak. Baru kali ini dia merasakan ketakutan yang begitu besar mencekam dirinya. Bocah berusia 6 tahun sepertinya seharusnya belum pantas tahu tentang hal seperti ini. Namun kenapa dia harus mengalaminya? Batinnya tak kuat lagi. Ini terlalu sulit. Dia selalu datang, hampir setiap saat, menangis, bernyanyi. Aku tak kuat lagi, Tuhan, batin Da Ji pasrah.
Jiyoung mendekap adiknya di dadanya. Ia masih bingung, apa yang sebenarnya terjadi pada adiknnya itu. Sejak kepindahan pertamanya kemari 2 minggu yang lalu, hampir setiap hari dia melihat adiknyanya itu ketakutan, berteriak, menangis, dan selalu histeris tiap tengah malam. Ada apa sebenarnya?
“Kak Jiyoung, aku mau pulang ke rumah ayah dan ibu,” rengek Da Ji sambil tetap terisak.
Jiyoung  melepaskan pelukannya. Ia menatap Da Ji. “Kita tak bisa kembali, Da Ji. ibu dan ayah sudah susah payah bekerja untuk menyekolahkan kita di Seoul,Korea. Apa kau ingin mengecewakan mereka?” tanya Jiyoung sehalus mungkin pada adiknya.
Da Ji menggeleng. “tapi,kak …”
Jiyoung mengusap kepala Da Ji. “Sudah, semua akan baik-baik saja. Kakak  ada di sini, kakak akan selalu menjagaku. Jadi, jangan khawatir. kakak akan selalu melindungimu,”
Da Ji mengangguk pelan. Meski agak ragu ketakutan dimatanya sedikit berkurang setelah mendengar penuturan Jiyoung.
“Tenanglah, Da Ji. sabar,” ucap Jonghyun sambil meraih kotak obat yang ada di sampingnya. “Ini, minumlah!” Jiyoung menyodorkan obat penurun panas pada Da Ji. “kakak ke dapur dulu mengambilkanmu air putih,” ucapnya kemudian.
“Tunggu!” Da Ji menarik tangan Jiyoung. “Aku ikut, kak,”
Jiyoung tersenyum. “Ya sudah, Ayo!”
***
Jiyoung sibuk mengerjakan PR sekolahnya. Ia mengerjakan PR-nya bersama Donghae di rumahnya. Merasa bosan melihat buku.Jiyoung melirik Donghae yang sedang berkutat dengan buku biologinya.
“hae, apa kau haus?” tanya Jiyoung.
Donghae tak menjawab.
“Hae?!” Jiyoung sedikit mengeraskan volume suaranya.
Donghae masih tak menjawab.
Woyyy,Donghae!” Jiyoung sedikit berteriak.
Donghae tersentak. “hah ya? Kau bilang apa tadi? Maaf, tadi aku melamun,”
Jiyoung mendecakkan lidah. “Kau mau minum, tidak?”
Ya, kau punya pocari sweet?” tanya Donghae sedikit tertarik dengan tawaran Jiyoung.
“Baik, aku ambilkan dulu,” ucap Jiyoung lalu beranjak pergi.
Donghae meneruskan aktivitasnya membaca buku, namun ia tertarik pada Da Ji yang sedang bermain di sofa di depannya. Gadis kecil itu terlihat sangat kurus. Wajahnya pucat pasi. Sekilas memang dia terlihat sedang bermain, namun yang dilakukannya hanya mencoret-coret sebuah kertas kosong yang ada di depannya. Merasa simpati dengannya Donghae menghampiri Da Ji.
“Da Ji kau sedang menggambar apa?” tanya Donghae sambil tersenyum manis.
Da ji menatap Donghae  polos. Ia memperlihatkan gambar sederhananya. “Ini, kak,”
Donghae mengernyitkan alisnya. Biarpun itu hanya gambar polos seorang bocah kelas 1 SD, namun gambar itu bisa dimengerti dengan jelas olehnya. “Ini temanmu,Da Ji?” Donghae ingin memastikannya.
Da Ji menggeleng keras. Matanya menyelidik mengelilingi seluruh ruangan.
Donghae menatap Da Ji bingung. “Lalu siapa?”
Da Ji tak menjawab, pandangannya terus menerawang kesetiap sudut ruangan. “ kak, takut!” tiba-tiba gadis kecil itu mencengkram lengan Dongahe.
kenapa?”Donghae semakin bingung.
“I.. itu,” bisik Da ji.
Dongahe mengikuti gerak pandang  Da Ji. Tiba-tiba bulu kuduknya berdiri. Meja belajar Jiyoung. Di sanalah sumber ketakutan Da Ji berasal. Donghae menatap sosok yang ditangkapnya tengah duduk di atas kursi meja belajar Jiyoung.
Dongahe menatap Da Ji. Gadis kecil itu terisak pelan. “Aku takut, kak,” keluhnya.
tenang-tenang, Da ji. Ada kakak di sini. Jangan takut, ya!” lirih Donghae sambil memeluk Da Ji menjauhkan pandangannya agar tak tertuju pada meja belajar Jiyoung.
“Dongahe, apa yang terjadi pada adikku?” tanya Jiyoung yang baru datang dari dapur sambil membawa pocari sweet.
“Nanti saja kujelaskan,” ucap Kibum sedikit tergagap. “Ehm, Jiyoung, bolehkah aku menginap di rumahmu malam ini saja?”
tentu? Boleh, dengan senang hati aku dan Hyora menerimamu,” celetuk Jiyoung riang lalu menyerahkan sekotak pocari sweet pada Donghae dan Da Ji.
***
In the dark blue sky you keep..
And through my curtains often peep..
For you never shut your eyes..
Till the morning sun does rise..
Twinkle, twinkle, little star..
How I wonder what you are!
Da ji membuka matanya. Tepat seperti dugaannya, sosok itu datang lagi. Sosok yang tengah tertidur di atas meja belajar Jiyoung. Da Ji bangkit dan menyenderkan punggungnya di dinding. Ia mengatur nafasnya. Rasanya sudah cukup dia merasa ketakutan. Sudah cukup!
Sosok yang ada di hadapan Da Ji mengangkat tubuhnya. Da Ji mengepalkan tangannya. Ia mengumpulkan keberaniannya yang masih tersisa. Bibirnya yang dari tadi terkatup rapat kini sedikit terbuka. “Ka..Kaaamu,siapa kamu?” tanyanya berbisik, hingga ia sendiri tak mampu mendengar suaranya.
Sosok itu berbalik menatap Da Ji. Ia menyeringai seolah senang Da Ji bicara padanya. Perlahan ia bangkit sambil melambaikan tangannya pada Da ji.
Da ji  bergerak perlahan. Entah apa yang menguasai pikirannya sekarang, ia menuruti begitu saja sosok yang memanggilnya. Tak ada rasa takut yang menguasainya, bukan karena ia telah terbiasa, hanya saja otaknya seperti membeku hingga tak bisa merespon apa yang akan dilakukannya.
Da Ji bangkit dari tempat tidurnya meninggalkan Jiyoung dan Donghae yang masih terlelap di sisinya.
***
Jiyoung terbangun begitu menyadari sosok Da Ji tak ada di sampingnya.
“Donghae!” Jiyoung mengguncang badan Donghae yang tertidur di sebelahnya. “Di mana Da ji?!”
“Tenanglah, Jiyoung. Aku sudah bangun dari tadi,” ucap Donghae ironis.
Jiyoung mengernyitkan alisnya. “Tenang? Bagaimana aku bisa tenang? Kau tahu, Da Ji menghilang!” umpat Jiyoung semakin panik.kemanakah Da Ji sekarang?apakah ada hubungannya dengan kegelisahan gadis itu??

   TBC...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar